Selamat Datang Diblog Andi Riyanto * jadikan hidupmu bermanfaat bagi orang yang kamu sayangi * ingatlah kelemahanmu itu adalah kelebihanmu * masalah itu timbul dari pikiran kita *

Jumat, 17 Februari 2012

MAUKAH KAU MENIKAH DENGANKU?

Awal Dipagi Yang Terasa Berat

Mentari menyengat kulit dipulau terkenal akan aspalnya ini, suara lagu daerahpun terdengar sangat merdu ditelinga yang kecil ini. Kopi pun tinggal seteguk disaat jarum jam menunjukan pukul sebelas waktu NKRI bagian tengah.

Busssttttt,,,,,,, asap rokokpun keluar dari mulutku disusul tegukan kopi terakhir, tapi entah kenapa kopi saat ini terasa tidak senikmat apa yang tersaji kemaren hari, seakan mengetahui pikiran ku yang kacau tak terkira.

“Kau kenapa?” tiba-tiba suara itu muncul dari belakang, terlihat sahabat sejak aku datang kepulau ini. Tosib nama yang sering aku panggil untuknya.

“Inda pokia” (tidak apa-apa *bahasa Buton), jawabku santai sambil membuang asap rokok terakhir.

“Aku tau kebiasaanmu ini, merokok terlalu keras, pasti ada yang kau pikirkan...” jawabnya seakan sudah kenal watakku bertahun tahun.

Sambil menghela nafas aku pun menanggapi, interogasinya yang bagaikan wartawan yang mencari berita saat aku ada masalah, “sedikit pikiran yang mengganggu jalanya otakku”

“ Kangen sama mamamu?” tanya Tos singkat.

“ Bukan itu saja yang ada dalam otakku, tapi beberapa hari ini aku kepikiran kenapa aku sampai dipulau ini, yang sebelumnya tidak pernah aku banyangkan aku sampai disini.” Jawabku sambil menyalakan batang rokok yang berwarna putih ini.

“ Bukankah kau kesini atas keinginanmu untuk seseorang?” kembali siwartawan bodrek ini bertanya dengan seriusnya.

“ Mau kopi?” balasku tanpa mengurangi niatku untuk menjawab pertanyaanya.

“ Kopi itu gampang asal jangan terlalu manis ya? Hahahahaha.....” jawabnya sambil ketawa, karena selalu aku buatkan kopi pahit untuknya.

“ Iya tuan Raja....” jawabku sambil berlalu kedalam rumah.

“ Nanti malam kita ke bukit wantiro ya?” ajaknya sambil minum kopi yang sengaja aku bikin sangat manis itu. “kau bikin kopi atau mau bikin aku kena penyakit gula?” imbuhnya sambil melotot kearahku.

“ Iyaaa, hahahaha,,,,” jawabku sambil ketawa.

.............. SMS ..............

Pagi belum sepenuhnya menjadi siang, nada tulatit terdanta sms masuk pun terdengar dihanpone yang menjadi kebanggaan orang sekarang ini, serta ditandai dengan menyalanya lampu merah diatas layarnya.

“selamat pagi sayang? Semoga harimu menyenangkan, serta tidak direpotkan oleh” temon” yang jelek itu.” Tertulis sms dari seseorang yang sudah terbiasa membangunkan di pagi hari, walaupun agak terlambat sms orang ini.

“selamat pagi juga, iya, semoga harimu juga menyenangkan, walau aku tidak lagi dekat denganmu.” Jawab wanita cantik ini dengan jari lentiknya mengetik sms.

“sudah mandi, sarapan? Pasti belum kan? Akukan tau kebiasaanmu. Jangan capek-capek lho, kalau disini kau aku manjakan bagaikan ratu, kalau disitu kau dijadikan kaya babu, aku gak terima, aku juga kwatir kalau kau nanti sakit, siapa yang akan merawatmu? Masa si “temon” itu? Tidak kan? Jangan sampaisampe sini aku disuruh mijitin kau.” Balasan dari pria yang ada diseberang handphone itu dengan nada bapak-bapak menasehati anaknya.

“ Belum mandi, soalnya disini dingin banget, sudah sarapan pisang goreng sama kopi hari ini, kalau makan nasinya nanti sebentar. Iya aku gak akan capek-capek kok.” Jawabnya dengan menuruti pesan dari sms tersebut.

“ya sudah aku kerja dulu, kamu baek-baek disitu ya sayang?love you.” Akhir dari sms dari jaka.

“iya, hati-hati juga kalau kerja, love u too” balasnya manis.





Bukit Wantiro

.......... Ajakan ..........

Tttiiiiiiiiiiiiitttttttttttt,,,,,,,,,,,,tttiiiiiiiiiiitttttttttttt,,,,,,,suara klakson yang seakan tertuju pada pintu masuk suatu rumah yang bercatkan warna kuning dengan paduan warna putih disetiap garisnya, yang terdapat juga pohon mangga yang ada didepanya, menjadikan rumah itu sedap dipandang malam-malam.

“assalamu’alaikum” teriak Tosi seraya memanggil penghuni rumah.

“wa’alaikum salam” jawab yang empunya rumah.

“kebetulan kau yang buka ini pintu, ayo ikut aku!!” ajak tosi seakan memaksa imha untuk segera mengiyakan ajakanya.

“kemana? Gak ach malas keluar malam-malam takut kalau ada apa-apa dijalan.” Jawab nya tanpa bermaksud tidak mengindahkan ajakan Tosi.

“wah pokoknya harus ikut, kan juga cuma sebentar saja, tidak akan ada apa-apa juga, kan ada aku” paksa tosi sambil memamerkan oto tanganya yang besar.

“emang ada apa, dan juga mau kemana sich?” tanya imha heran.

“pokoknya ada dech” jawab tosi sambil menaikan alisnya.

“ya sudah, pokoknya jangan sampai jam 10 lho?” Akhirnya imhapun menuruti ajakan tosi.

“SiiiiiiiiiiiiPPPPPPPPPPPPP lah!!!!” jawab tosi semangat.

Imha berlalu meuju kamarnya. “Tunggu aku ganti baju dulu.”

.......... Melamun ..........

Gemerlap lampu pulau makassar, deburan ombak kecil yang terdengar dibawah bukit. Lalu lalang kendaraan bermotor seakan tidak pernah menginjak rem saat berjalan dijalan yang berbelok serta menanjak. Ketawa muda-mudi yang terdengar sangat asyik saat bercanda, menghiasi indahnya salah satu bukit tujuan wisata malam dipulau buton ini.

Deretan warung yang menyajikan berbagai minuman serta makanan menambah lengkapnya tempat ini, walaupun ada yang disanyangkan yaitu mushola yang tidak ada tempat berwudlunya dan tidak adanya toilet umum di tempat yang yang dulunya sebagai Tempat Pembuangan Sampah ini.

Motor maticku kubelokan di tempat parkir yang berada dipinggir jalan yang berbelok ini. Kulihat dipojok pelataran bukit ada tempat kosong. Aku berjalan menghampiri mejayang indah itu walau kurang cahaya. Terdengar bunyi handpon usangku bernyanyi, ternyata sms dari Tosi, “aku agak telat 30 menit, tunggu saja ya, ada yang ingin aku ajak juga”. Malasku duduk menunggu orang yang sering terlambat kalau ada janji kayagini, bagai mana Indonesiaku yang tercinta ini bisa maju kalau semua warganya kaya tosi itu, bisa-bisa terjajah lagi kita ini.

Setelah memesan kopi hitam yang agak pahit kesukaanku serta singkong goreng sambat tomat yang cocok saat minum kopi, sekejap aku disibukan lagi dengan pikiranku yang teramat kacau akhir-akhir ini. Sambil berkaca pada indahnya lampu pulau diseberang, serta gemerlapnya kilau cahaya lampu yang terpancar dilaut kecil dihadapanku ini, aku teringat akan senyum seseorang yang menuntunku sampai disini. Senyum yang belum tahu maknanya itu, tapi seakan-akan selalu membuat hatiku nyaman walau dalam keadaan terpurukku. Senyum wanita keturunan toraja-buton itu juga yang membuatku mengerti bagaimana aku harus menjaga serta bertanggungn jawab, buat orang yang membuatku special dalam hidupnya.

Detak jantungku terasa berkejar-kejaran saat aku teringat akan dia, iya dia yang mempunyai nama yang indah, yach sangat indah dihatiku, imha nama yang diucapkan disms dua tahun yang lalu silam. Dari dialah juga yang membuat tubuh ini tidak lagi menikmati apa yang bang haji rhoma irama nyanyikan miransantika hahahaha.

Mataku terus memandang jauh didalam lautan seakan meresapi jauhnya perasaan yang ada dihati serta hubunganku yang kian banyak karang rintangan serta arus yang deras didasar laut hubunganku sama imha, aku juga tidak pernah pungkiri kalaulah Cuma dia yang selama ini yang bisa merubah jalan hidupku 180 derajat dari awal perjalananku didunia yang terasa indah ini. “Apakah hal yang sama juga dirasa sama dia?” Hati kecilku selalu bertanya begitu, tapi aku serasa sangat yakin serta teringan akan ucapanya dulu “aku sangat yankin kalau abi bisa merubahku serta menjadi imamku didunia dan diakherat”, dari sinilah aku jadi semakin memantapkan diriku untuk berlabuh bersamanya, sehingga aku sampai dikota bau-bau ini.

”Kopinya mas?” tiba-tiba suara pelayan warung menghancurkan lamunanku sebentar, karena pesanan kopi serta ubi gorengku telah telah sampai dimeja yang aku tempati sekarang.

“oiya, terimakasih” jawabku sambil melihat jam tanganku.

.......... Wajahmu ..........

Seakan tak terbatas lamunanku membawaku hampir tak menyentuh kopiku. Lamunanku melupakan akan keterlambatan sahabatku itu, mataku tetap kosong menatap jauh diujung lamunanku terhadap yang tercinta.

Bbbuuuusssttttt,,,,,,,, taksadar sudah sekian kali aku menyalakan rokok putih yang setia dalam mendampingi segala aktifitasku selama ini. Kopipun terasa nikmat seakan mengurangi rasa pening waktu memikirkan sesuatu yang mengganjal di hati serta pikiranku.

“Hoy,,,,!!!!!!!!!!” bebtakan serta tepukan tangan dipundakku menghamburkan kenikmatan kopi yang baru aku rasakan.

“Sial,,,!!!!!!! Ternyata kau toh? Jemput siapa?” tanyaku sabil menghantam perutnya yang agak buncit itu.

“Tuh....” sambil menunjukan mukanya kepada seorang wanita yang sedang memesan minuman.

Jantungku berdetak sangat kencang, secara reflek dalam hatiku mengucapkan syukur atas kenikmatan melihat wanita yang anggun berbalut baju mirip zebra hitam putih serta berpadukan jilbab ungu yang menawan, seakan lengkap sudah keistimewaan bukit wantiro dimalam ini.

“Kenapa kau tak bilang kalau mau mengajak dia?” tanyaku pada tosi agak mengerutkan alisku tanda jengkel.

“Kejutan buat sahabatku yang sedang kangen sama keluarganya, dan lagi kangen sama itu tuh,,,hehehehe,,,” jawabnya sambil cengengesan (senyum menggoda *bahasa jawa).

“Abi,,kau disini sendirian?” tanya wanita yang baru saja memenuhi lamunanku.

“ Iya mi, kau kenapa sampai disini?” tanyaku agak gugup.

“diajak Tosi, tadi,, abi juga gak ajak aku kalau mau malam mingguan di sini, pasti ganjen toh? Jawabnya sambil mengajukan pertanyaan bagai kan soal ujian dadakan.

“malam mingguan?” tanyaku heran. “Oiy mi, saya lupa kalau malam ini malam minggu.”

“Kebiasaan lama, bilang lupa, bilang aja kalau gak mau temui aku!” jawabnya setengah ngambek.

“Sudah-sudah,,,aku tau kalau kalian pasti lupa, makanya tadi aku ajak kalian keluar.” Suara Tosi menengahi.

Canda tawa kamipun mulai memecahkan keheningan hatiku sesaat. Mataku selalu melihat wajahnya yang sangat aku harapkan wajah itu menjadi wajah ibu dari anak-anaku kelak, serta tanganku menggenggam tangan itu bagaikan tak mau melepaskannya, hatiku selalu berdo’a untuk semuaini serta bersyukur atas nikmat-Nya yang berupa seorang yang aku banggakan dalam masa depanku nanti.





Janji Yang Terucap.

Pejalanan pulang malam ini sangat membuatku berhati-hati, motoku kupacu tak lebih dari 40km perjam, lubang, belokan, tanjakan serta turunanpun tak luput dari kehati-hatianku, karena orang yang aku bonceng saat ini takut akan jalan dikampung halamanya yang sangat rawan kecelakaan, sehingga keinginanku untuk tidak membuat nya takut lebih besar dari rasa tidak sabarku sampai ditempat.

“Abi, aku sayang kau” tersdengar bisikan lirih yang terhalng helm pitihku.

“aku juga sayang kau umi” jawabku tanpa memalingkan mukaku karena konsen dengan jalanan yang menanjak.

Pelukanya semakin dieratkan dalam pinggangku, waktu jalanan mulai menurun. Jantungku semakin berdetak kencang seakan mau loncat dari tempatnya karena hangat pelukan wanita yang aku sayangi.

Klakson dari motosr tosi berbunyi menandakan pisahnya kami lepas dari masjid raya kota bau-bau. “terimakasih teman” berkataku dalam hati karena perhatian dri sahabat yang sebetulnya belum lama aku kenal.

15menitpun telah berlalu, puskesmas wajo pun sudah terlihat menandakan tujuan pengantaranku akan berakhir.

“umi, bolehkah aku mengajakmu ngobrol sebentar?” tanyaku saat imha turun dari motorku.

“mau ngomong apa abinya Rashya?” jawabnya sambil memanggil dengan panggilan sayang yang sangat aku sukai itu.

“Aku hanya mau tanya, tapi jangan kau marh kalau apa yang aku tanyakan ini sangat tidak mengenakan dalam hatimu” serius mukaku saat berkata demikian.

“Iya sayang” pendek jawabya sambil serius menatap mukaku.

“aku sudah tahu semuanya mi, soal hubunganmu degan joko serta semua nya.” Mulaiku membuka permasalahan yang membuat otakku kram akhir-akhir ini.

“siapa yang bilang?” tanyanya serius.

“dia langsung crita sama aku, sms yang kau kirim kedia juga dikasihkan ke aku.” Jawabku serius.

Imha pun diam seribu bahasa.

“aku tak akan marah mi kalau kau bilang langsung ke aku, serta tunjukan kekuranganku yang selama ini kau tak suka, sehingga kau tega berbuat ini kepadaku, aku saja tak pernah menduakanmu mi, aku sangat memegang prinsipku, akupun tak mau kecewakan keluargamumu, karena niatku itu untuk mempersuntingmu mi”. Jelasku dengan serius, imhapun tertuntuk tanpa berucap, airmatanyapun mulai mengalir dipipi manisnya.

“Aku tau mi, kau sangat mendambakan sosok pria yang bisa menjaga, memanjakan, serta menyayangimu bagai seorang bapak yang menyanyangi anaknya, aku juga tahu rasanya kesepian sendiri ditempat yang jauh dari sanak saudara, aku juga merasakanya mi, aku juga dapat merasakan hal itu, aku dibogor, surabaya, kalimantan, tangerang, itu sendiri mi, tanpa orang yang aku kenal sama sekali, jauh juga dari famili, aku hanya mengandalkan handphone yang bisa smsan serta telp-teponan sama kau aja, itu sudah membuatku kuat mi, sekarang aku juga akan kuliah, aku ingin merasakan apa yang kau rasa mi” jelasku sambil menahan tangisku yang air mataku telah membanjiri wajahku ini.

“sekarang aku berniat mengakhiri semua ini dengan jalan mempercepat melamarmu, inilah alasan mengapa aku datang kekotamu ini” lanjutku seraya menyakinkan niatku yang memang sudah lama aku rencanakan ini.

Imha pun menatap mataku dalam-dalam, walau aku tidak bisa membedakan rasa penyesalan ataukah rasa kaget yang dia rasakan sekarang.

Aku keluarkan Al-Qup’an kecil yang setia aku bawa kemanapun aku menginjakan kakiku, aku pegang tanganya diatasnya.

“sekarang jawab dengan jujur, kau pilih dia atau aku?” tanyaku tanpa basa-basi lagi.

“aku pilih kau abi” jawabnya lirih sambil menatap mukaku.

“selesaikan urusanmu sama dia dengan cepat, serta jangan ada yang tersakiti atau dirugikan diantara kalian berdua” tanyaku yang kedua.

“iya abi, aku akan cepat selesaikan sama dia” jawabnya dengan muka yang masih dipenuhi dengan air mata itu.

“ini pertanyaanku yang terakhir, apakah kau mau menerima lamaranku nanti serta bersedia menikah denganku?” tanyaku sambil menggenggem erat tanganya diatas kitab siciku ini.

“aku tidak ada pilihan selain menerina, serta aku ikhlas menikah dengan mu nanti abi, akrena aku sangat sanyang sama kau abi.” Jawabnya tegas.

Senyumkupun keluar walau aku baru dalam posisi menahan amarah yang masih menyesaki dadaku. Sekarang aku hanya ingin melihat janji yang dia bilang dalam saksi kitab suci yang menandakan keseriusanku untuk membina keluarga yang sakinah, mawadah, wa rohmah dengan wanita yang sangat berarti dalam perjalananku selama dua tahun ini. Ku masiaka ko umi (aku sanyang kamu umi *bahasa buton).

Ku ingan janji suci dimalam itu, kuingin kita selalu menjadi pribadi yang saling melengkapi tanpa adanya kebohongan yang tersimpan untuk membina keluarga kecil kita nantinya.



Bau-Bau 23.55 WITA

06 September 2007

A. Riyanto

Kataku

ketika kita tidak mencoba, maka kita tidak akan mengalami kesalahan, sehingga apa yang disebut keberhasilan juga kita tidak akan mengetahuinya. Sesuatu yang baru itu lebih membuat kita tertantang, sehingga kita dapat menabung dalam bank pikiran kita, sehingga kita dapat mengambilnya suatu nanti apabila kita membutuhkanya.
Andi Riyanto
Template by : kendhin x-template.blogspot.com