Selamat Datang Diblog Andi Riyanto * jadikan hidupmu bermanfaat bagi orang yang kamu sayangi * ingatlah kelemahanmu itu adalah kelebihanmu * masalah itu timbul dari pikiran kita *

Kamis, 28 April 2011

Teknik Pidato

TEKNIK PIDATO

Perkembangan Retorika Di Zaman Romawi
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknik Berpidato

Dosen Pengampu : Sumarno S. Sos. I
Disusun Oleh :
Andi Riyanto 26.08.1.1.002

JURUSAN DAKWAH DAN KOMUNIKASI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SURAKARTA
2010

A. Pendahuluan

Latar belakang

Pada awalnya perkembangan komunikasi yang terjadi di zaman Romawi sebagai perkembangan dari Yunani kuno sekitar tahun 500 SM-5 M talah mengalami kendala, karena pada masa itu Romawi mengalami masa kegelapan atau dark ages. Pada masa kegelapan yang terjadi di Eropah ini merupakan masa keemasan peradaban Islam, dimana pada masa ini perkembangan ilmu pengetahuan termasuk aktifitas komunikasi cukup signifikan.

Untuk memudahkan pembahasan perkembangan retorika di romawi, akan dibahas dahulu perkembangan retorika di yunani.

B. Pembahasan

1. Sejarah Retorika Di Yunani

Rentang waktu antara tahun 500 SM (masa-masa pemikiran retorika di Yunani kuno) sampai pada penemuan mesin cetak (1457 M) merupakan abad proses perkembangan komunikasi yang berbentuk ajaran dan keyakinan suatau agama dan tidak menutup kemugkinan bahwa dalam aktifitas persebaran ajaran agama, retorika dan bentuk komunikasi lainnya, cenderung berperan besar dalam mengubah keyakinan seseorang.

Uraian sistematis retorika yang pertama diletakkan oleh orang Syracuse, sebuah koloni Yunani di Pulau Sicilia. Bertahun-tahun koloni itu diperintah para tiran. Tiran, dimana pun dan pada zaman apa pun, senang menggusur tanah rakyat. Kira-kira tahun 465 SM, rakyat melancarkan revolusi. Diktator ditumbangkan dan demokrasi ditegakkan. Pemerintah mengembalikan tanah rakyat kepada pemiliknya yang sah.

Di sinilah kemusykilan terjadi. Untuk mengambil haknya, pemilik tanah harus sanggup meyakinkan dewan juri dipengadilan. Waktu itu, tidak ada pengacara dan tidak ada sertifikat tanah. Setiap orang harus meyakinkan mahkamah dengan pembicaraan saja. Sering orang tidak berhasil memperoleh kembali tanahnya, hanya karena ia tidak pandai bicara.

Untuk membantu orang memenangkan haknya di pengadilan, Corax menulis makalah retorika, yang diberi nama Techne Logo (Seni Kata-kata). Walaupun makalah ini sudah tidak ada, dari para penulis sezaman, kita mengetahui bahwa dalam makalah itu ia berbicara tentang "teknik kemungkinan". Bila kita tidak dapat memastikan sesuatu, mulailah dari kemungkinan umum. Seorang kaya mencuri dan dituntut di pengadilan untuk pertama kalinya. Dengan teknik kemungkinan, kita bertanya, "Mungkinkah seorang yang berkecukupan mengorbankan kehormatannya dengan mencuri? Bukankah, sepanjang hidupnya, ia tidak pernah diajukan kepengadilan karena mencuri". Sekarang, seorang miskin mencuri dan diajukan kepengadilan untuk kedua kalinya. Kita bertanya, "la pernah mencuri dan pernah dihukum. Mana mungkin ia berani melakukan lagi pekerjaan yang sama". Akhirnya, retorika memang mirip "ilmu silat lidah".

Disamping teknik kemungkinan, Corax meletakkan dasar-dasar organisasi pesan. Ia membagi pidato pada lima bagian: pembukaan, uraian, argumen, penjelasan tambahan, dan kesimpuln. Dari sini, para ahli retorika kelak mengembangkan organisasi pidato.

Di Agrigenturn, hidup Empedocles (490-430 SM), filosof, mistikus, politisi, dan sekaligus orator yang cerdas dan menguasai banyak pengetahuan. Sebagai filosof, empedoles pernah berguru kepada Pythagoras dan menulis The Nature of Things Sebagai mistikus, dan percaya bahwa setiap orang biasa bersatu dengan Tuhan bila ia menjauhi perbuatan yang tercela. Sebagai politisi, ia memimpin pemberontakan untuk menggulingkan aristokrasi dan kekuasaan diktator. Sebagai orator, menurut Aristoteles, "ia mengajarkan prinsip-prinsip retorika, yang kelak dijual Gorgias kepada penduduk Athena"

Tahun 427 SM Gorgias dikirim sebagai duta ke Athena. Negeri itu sedang tumbuh sebagai negara yang kaya. Kelas pedagang kosmopolitan, juga terbuka pada gagasan-gagasan baru. Di Dewan Perwakilan Rakyat, di pengadilan, orang memerlukan kemampuan berpikir yang jernih dan logis serta berbicara yang jelas dan persuasif. Gorgias memenuhi kebutuhan "pasar" ini dengan mendirikan sekolah retorika. Gorgias menekankan dimensi bahasa yang puitis dan teknik berbicara impromptu. Ia meminta bayaran yang mahal; sekitar sepuluh ribu drachma ($ 10.000) untuk seorang murid saja. Bersama Protagoras dan kawan-kawan, Gorgias berpindah dari satu kota ke kota yang lain. Mereka adalah "dosen-dosen terbang".

Protagoras menyebut kelompoknya sophistai "guru kebijaksanaan" Sejarahwan menyebut mereka kelompok Sophis. Mereka berjasa mengembangkan retorika dan mempopulerkannya. Retorika, bagi mereka bukan hanya ilmu pidato, tetapi meliputi pengetahuan sastra, gramatika, dan logika. Mereka tahu bahwa rasio tidak cukup untuk meyakinkan orang dan mengajarkan teknik-teknik memanipulasi emosi dan menggunakan prasangka untuk menyentuh hati pendengar. Berkat kaum Sophis, abad keempat sebelum Masehi adalah abad retorika sehingga Jago-jago pidato muncul dipesta Olimpiade, di gedung perwakilan dan pengadilan. Bila mereka bertanding. orang-orang Athena berdatangan dari tempat-tempat jauh; dan menikmati "adu pidato” tersebut.

Berbeda dengan Gorgias, Demosthenes mengembangkan gaya bicara yang tidak berbunga-bunga, tetapi jelas dan keras. Dengan cerdik, ia menggabungkan narasi dan argumentasi dan juga amat memperhatikan cara penyampaian (delivery). Menurut Will Durant, Gorgia meletakkan rahasia pidato pada akting (hypocrisis).

Isocrates percaya bahwa retorika dapat meningkatkan kualitas masyarakat; bahwa retorika tidak boleh dipisahkan dari politik dan sastra. Tetapi ia menganggap tidak semua orang boleh diberi pelajaran ini. Retorika menjadi sebuah pelajaran elit, hanya untuk mereka yang berbakat.

Isocrates mendirikan sekolah retorika yang paling berhasil tahun 391 SM. Isocrates mendidik muridnya menggunakan kata-kata dalam susunan yang jernih tetapi tidak berlebih-lebihan, dalam rentetan anak kalimat yang seimbang dengan pergeseran suara dan gagasan yang lancar. Karena tidak mempunyai suara yang baik dan keberanian untuk tampil, dan hanya menuliskan pidatonya. Dia menulis risalah-risalah pendek dan menyebarkannya. Sampai sekarang risalah-risalah ini dianggap warisan prosa Yunani yang menakjubkan. Gaya bahasa Isocrates telah mengilhami tokoh-tokoh retorika sepanjang zaman: Cicero, Milton, Massillon, Jeremy Taylor, dan Edmund Burke.

Murid Socrates yang bernama Plato menjadikan Gorgias dan Socrates sebagai contoh retorika yang palsu dan retorika yang benar, atau retorika yang berdasarkan pada Sophisme dan retorika yang berdasarkan pada filsafat. Sophisme mengajarkan kebenaran yang relatif. Filsafat membawa orang kepada pengetahuan yang sejati. Dalam karyanya, Dialog, Plato menganjurkan para pembicara untuk mengenal "jiwa" pendengarnya. Dengan demikian, Plato meletakkan dasar-dasar retorika ilmiah dan psikologi khalayak dan telah mengubah retorika sebagai sekumpulan teknik menjadi sebuah wacana ilmiah.

Aristoteles, murid Plato yang paling cerdas melanjutkan kajian retorika ilmiah dan menulis tiga jilid buku yang berjudul De Arte Rhetorica.

Dari Aristoteles dan ahli retorika klasik, kita memperoleh lima tahap penyusunan pidato: terkenal sebagai Lima Hukum Retorika (The Five Canons of Rhetoric). Dispositio (penyusunan). Elocutio (gaya). Memoria (memori). Pronuntiatio (penyampaian).

Aristoteles menyebut tiga cara untuk mempengaruhi manusia. Pertama, harus sanggup menunjukkan kepada khalayak bahwa seorang orator memiliki pengetahuan yang luas, kepribadian yang terpercaya, dan status yang terhormat (ethos). Kedua harus Menyentuh hati khalayak perasaan, emosi, harapan, kebencian dan kasih sayang mereka (pathos). Dan para ahli retorika modern menyebutnya imbauanemotional (emotional appeals). Ketiga, Meyakinkan khalayak dengan mengajukan bukti atau yang kelihatan sebagai bukti. Di sini pendekatan khalayak lewat otaknya (logos).

Di samping ethos, pathos, dan logos, Aristoteles menyebutkan dua cara lagi yang efektif untuk mempengaruhi pendengar: entimem dan contoh. Entimem (Bahasa Yunani: "en" di dalam dan "thymos" pikiran) adalah sejenis silogisme yang tidak lengkap, tidak untuk menghasilkan pembuktian ilmiah, tetapi untuk menimbulkan keyakinan. Disebut tidak lengkap, karena sebagian premis dihilangkan.

Sebagai mana diketahui, silogisme terdiri atas tiga premis: mayor, minor, dan kesimpulan. Semua manusia mempunyai perasaan iba kepada orang yang menderita (mayor). Manusia (minor). Tentu semua juga mempunyai perasaan yang sama (kesimpulan). Ketika seorang orator ingin mempengaruhi pendengar untuk mengasihi orang-orang yang menderita, lalu berkata, "Kasihanilah mereka. Sebagai manusia, Anda pasti mempunyai perasaan iba kepada orang yang menderita ". Ucapan yang ditulis miring menunjukkan silogisme, yang premis mayornya dihilangkan.

Di samping entimem, contoh adalah cara lainnya. Dengan menge mukakan beberapa contoh, secara induktif bisa membuat kesimpulan umum. Sembilan dari sepuluh bintang film menggunakan sabun Lnx. Jadi, sabun Lux adalah sabun para bintang film.


2. Sejarah Retorika Di Romawi

Teori retorika Aristoteles sangat sistematis dan komprehensif. Pada satu sisi, retorika telah memperoleh dasar teoretis yang kokoh. Namun, pada sisi lain, uraiannya yang lengkap dan persuasive telah membungkam para ahli retorika yang datang sesudahnya. Orang-orang Romawi selama dua ratus tahun setelah De Arte Rhetorica tidak menambahkan apa-apa yang berarti bagi perkembangan retorika.

Buku Ad Herrenium, yang ditulis dalam bahasa Latin kira-kira 100 SM, hanya mensistematisasikan dengan cara Romawi warisan retorika gaya Yunani. Orang-orang Romawi bahkan hanya mengambil segi-segi praktisnya saja. Walaupun begitu, kekaisaran Romawi bukan saja subur dengan sekolah-sekolah retorika; tetapi juga kaya dengan orator -orator ulung: Antonius, Crassus, Rufus, Hortensius. Yang disebut terakhir terkenal begitu piawai dalam berpidato sehingga para artis berusaha mempelajari gerakan dan cara penyampaiannya.

Kemampuan Hortensius disempurnakan dan mengembangkan retorika oleh Marcus Tulius Cicero (106-43 SM) yang termasyhur karena karakter suaranya dan bukunya yang berjudul antara lain de Oratore. Karena dibesarkan dalam keluarga kaya dan menikah dengan istri yang memberinya kehormatan dan uang, Cicero muncul sebagai negarawan dan cendekiawan. Pernah hanya dalam dua tahun (45-44 SM), cicero menulis banyak buku filsafat dan lima buah buku retorika. Dalam teori, cicero tidak banyak menampilkan penemuan baru hanya banyak mengambil gagasan dari Isocrates dan percaya bahwa efek pidato akan baik, bila yang berpidato adalah orang baik juga. “The good man speaks well”. Dalam praktek, Cicero betul-betul orator yang sangat berpengaruh.

Sebagai orator yang ulung, cicero mempunyai Kira-kira 57 buah pidatonya sampai kepada kita sekarang ini. Will Durant menyimpulkan kepada kita gaya pidatonya: suara berat mengalun, yang saat berpidato bisa menggema, halus merayu, bahkan pidatonya itu disertai cucuran air mata. Pidatonya mempunyai kelebihan dalam menyajikan secara bergelora satu sisi masalah atau karakter; dalam menghibur khalayak dengan humor dan anekdot; dalam menyentuh kebanggaan, prasangka, perasaan, patriotisme dan kesalehan; dalam mengungkapkan secara keras kelemahan lawan yang sebenarnya atau yang diberitakan, yang tersembunyi atau yang terbuka; dalam mengalihkan perhatian secara terampil dari pokok-pokok pembicaraan yang kurang menguntungkan; dalam memberondong pertanyaan retoris yang sulit dijawab; dalam menghimpun serangan-serangan, dengan kalimat-kalimat periodik yang anak-anaknya seperti cambukan dan yang badainya membahana. Bukunya yang berjudul de oratore ditulis atas tiga judul, yang masing-masing bertemakan: uraian yang diperlukan seorang orator, pengaruh pidato-pidatato, dan bentuk-bentuk pidatonya.

Caesar, penguasa Romawi yang ditakuti, memuji Cicero, "Anda telah menemukan semua khazanah retorika, dan Andalah orang per tama yang menggunakan semuanya. Anda telah memperoleh kemenangan yang lebih disukai dari kemenangan para jenderal. Karena sesungguhnya lebih agung memperluas batas-batas kecerdasan manusia dari pada memperluas batas-batas kerajaan Romawi".

Sebagai seorang tokoh retrorika, cicero meningkatkan kecakapan retorika menjadi sebuah ilmu. Dan berkenaan dengan sistematika dalam retorika, cisero berpendapat bahwa retorika mempunyai dua tujuan pokok yaitu:

1. Suasio (anjuran).

2. Dissuasio(penolakan).

Panduan ini dapat dijumpai dalam pidato-pidato peradilan dimuka senat Roma, dan pada saat itu bertujuan untuk menyadarkan publik mengenai hak-hak yang menyangkut kepentingan rakyat, perundang-perundangan negara, dan keputusan yang dapat diambil. Hal ini dapat tercapai menggunakan teknik dissuasio apabila terdapat kekeliruan atau pelanggaran dalam hubunganya dengan undang-undang, atau suasio jika akan mengajak masyarakat untuk memetuhi undang-undang dan keadilan.

Cicero mengajarkan dalam mempengaruhi pendenger-pendengar, seorang orator harus meyakinkan dengan mencerminkan kebenaran dan kesusilaan. Dalam pelaksanaanya, retorika meliputi:

1. Investio.

Hal ini berarti mencari bahan-bahan yang akan dibahas. Pada tahap ini bahan-bahan dan bukti-bukti harus dibahas secara singkat dengan memperhatikan keharusan pembicara:

a) Mendidik,

b) Membangkitkan kepercayaan,

c) Menggerakkan hati.

2. Ordo Collocatio.

Hal ini mengandung arti menyusun pidato yang meminta kecakapan si pembicara dalam memilih mana yang lebih penting dan yang kurang penting. Penyusunan ini melihat beberapa faktor:

a) Exordium (pendahuluan)

b) Naraation (pemaparan)

c) Confirmation (pembuktian)

d) Reputation (pertimbangan)

e) Peroration (penutup)

Dari tulisan-tulisannya yang sampai sekarang bisa dibaca, kita mengetahui bahwa Cicero sangat terampil dalam menyederhanakan pembicaraan yang sulit. Bahasa Latinnya mudah dibaca. Melalui penanya, bahasa mengalir dengan derastetapi indah.

Puluhan tahun sepeninggal Cicero, Quintillianus mendirikan sekolah retorika. Ia sangat mengagumi Cicero dan berusaha merumuskan teori-teori retorika dari pidato dan tulisannya, Will Durant menceritakan kuliah retorika Quantillianus, yang dituliskannya dalam buku Institutio Oratoria:

Ia mendefinisikan retorika sebagai ilmu berbicara yang baik. Pendidikan orator harus dimulai sebelum dia lahir: Ia sebaiknya berasal darikeluarga terdidik, sehingga ia bisa menerima ajaran yang benar dan akhlak yang baik sejak napas yang ia hirup pertama kalinya. Tidak mungkin menjadi terpelajar dan terhormat hanya dalam satu generasi. Calon orator harus mempelajari musik supaya ia mempunyai telinga yang dapat mendengarkan harmoni; tarian, supaya ia memiliki keanggunan dan ritma; drama, untuk menghidupkan kefasihannya dengan gerakan dan tindakan; gimnastik, untuk memberinya kesehatan dan kekuatan; sastra, untuk membenhik gaya dan melatih memorinya, dan memperlengkapinya dengan pemikiran -pemikiran besar; sains, untuk memperkenalkan dia dengan pemahaman mengenai alam; danfilsafat, untuk membentuk karakternya berdasarkan petunjuk akal dan bimbingan orang bijak. Karena semua persiapan tidak ada manfaatnya jika integritas akhlak dan kemuliaan rohani tidak melahirkan ketulusan bicara yang tidak dapat ditolak. Kemudian, pelajar retorika harus menulis sebanyak dan secermat mungkin. Sebuah saran yang berlebihan. Tetapi kita diingatkan lagi pada Cicero. The good man speaks well.



Daftar Pustaka


 Effendi, Onong Uchjana. (1994). Ilmu Kominikasi Teori dan, Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

 Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM. (1990). Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta. Hal 42-50.

 Wahid, Abdurrahman. (1995). Konfusianisme di Indonesia: Pergulatan Mencari Jati Diri. Yogyakarta: INTERFIDEI.

 http://kpi-staipersis.blogspot.com/2007/07/sejarah-perkembangan-retorika.html

Kataku

ketika kita tidak mencoba, maka kita tidak akan mengalami kesalahan, sehingga apa yang disebut keberhasilan juga kita tidak akan mengetahuinya. Sesuatu yang baru itu lebih membuat kita tertantang, sehingga kita dapat menabung dalam bank pikiran kita, sehingga kita dapat mengambilnya suatu nanti apabila kita membutuhkanya.
Andi Riyanto
Template by : kendhin x-template.blogspot.com