Tahun ini memang negara ini sedang mengalami Tiga pesta besar, yakni Perta Sepak Bola sejagad yang dilaksanakan di Brazil, yang kedua Pesta Demokrasi yang menjadi akan menentukan pemimpin bangsa lima tahun kedepan serta Pesta Pahala yang tertuang bulan penuh berkah yakni bulan suci Ramadhan.
Puasa tahun ini akan semakin berat
dilaksanakan kaum muslimin, disebabkan kebanyakan masyarakat telah terserang
virus black campaign sehingga saling serang seperti hal yang biasa, apalagi
sudah mendekati “lebaran” demokrasi 9 april mendatang.
Sudah banyak juga yang sudah
mengutarakan pendapatnya dibalik kampanye yang berkedok agama. Seperti yang
dituliskan Cheline Indra Shusmita di Mimbar mahasiswa solopos tanggal
Hal ini seakan menjadi tantangan umat
islam untuk tetap fokus dalam menentukan pemimpin, apalagi dalam demam
demokrasi ini kedua belah pihak di dukung partai yang berbasis Islam. Banyak
pemuka agama yang menjadi juru kampanye, Sehingga akan semakin banyak lagi
“bumbu penyedap” yang berasakan agama dalam memasukkan pesan pemenangan.
Untuk menanggapi ancaman semacam ini,
muslimin Indonesia dituntut untuk menunjukkan kepribadiannya sebagai masyarat Islam
yang cinta damai. Dr, Muhammad Ali Hasyimi dalam bukunya Apakah Anda Berkepribadian
Muslim? Menerangkan bahwa seorang muslim harus memiliki sifat kedamaian
bagi sesama, dan sbagai pemberi manfaat bagi sesama.
Menjadikan pilitik yang santun sebagi
ibadah didalam bulan penuh berkah menjadi tujuan berpolitik ala seorang muslim,
karena memilih pemimpin yang bertanggung jawab serta menjalankan ibadah puasa
menjadi kewajiban. Untuk meningkatkan keimanan menjadi suatu ketaqwaan kepada
Tuhan yang maha kuasa.
Buka Puasa Politik
Strategi para elit politik untuk meraih
pemenangan tidak lepas dari waktu menjalankan strategi. Seperti bulan Ramadhan
juga harus memiliki strategi mendekati masyarakat bawah. Yang lebih sering
dilakukan yakni berbuka puasa dengan para calon president yang sedang
berperang.
Seperti yang diberitakan oleh beritakotamakassar.com
(20/06) tim relawan kalla di makassar telah menyusun rencana bersilaturahmi di
24kab/kota di sulsel serta membuat acara buka bersama akbar. Rencana tersebut
disampaikan juru bicara relawan kalla Subhan mappaturung.
Selain itu dari kubu Prabowo sudah lebih
dahulu membuat gebrakan buka bersama sejak tahun lalu, yakni seperti
diberitakan detik.com 16/07/2013. Prabowo mengadakan buka puasa bersama
nelayan muara angke. Bahkan prabowo sempat ditanya mengenai program jikalau
memenangkan pemilu tahun 2014.
Pendapat saya, bulan ramadhan ini akan
menjadi lahan buka bersama para calon presiden dengan alih-alih silaturahmi
serta mendekatkan diri pada masyarakat luas. Hal ini sah-sah saja karena maksud
dari buka puasa juga untuk merekatkan serta memperbanyak amal di bulan penuh
barokah ini.
Tetapi jikalau hal tersebut bukan
semata-mata untuk ibadah saja, maka akan menjadi amal yang sia-sia. Dikarenakan
amal perbuatan manusia tergantung pada niat, dan jika niatnya mencari sensasi,
maka cuma akan mendapatkan sensasi saja.
Pada dasarnya buka puasa bertujuan untuk
Melaksanakan ajaran Rasulullah tentang memberi buka pada sesama muslim yang
sedang berpuasa, Menghidupkan bulan ramadhan dengan amal-amal shaleh,
menumbuhkan Sifar dermawan, Ukhuwah islamiyah, Membantu meringankan kaum
dhu’afa.
Maka tidaklah etis jika kegiatan yang
mulia itu, dikerjakan atas dasar strategi untuk meraih simpati masyarakat saja.
Sehingga akan membuat makna buka bersama menjadi hilang serta merendahkan
nilai-nilai agama.
Kebebasan Berpolitik
Islam memberi kebebasan dalam urusan berpolitik
seperti yang ditulis Prof. DR. Wahbah Az-Zuhaili dalam bukunya Kebebasan
dalam Islam, didasarkan pada asaz permusyawaratan. Merupakan ungkapan
keinginan, pendapat umum dan mengambil keputusan supaya selalu mendengarkan
suara rakya, menyimak pendapat serta merasakan problem mereka.
Seperti dalam hadist yang diriwayatkan
oleh At-Thabarani mengungkapkan betapa pentingnya menyelesaikan permasalahan
umat. “Barang siapa yang tidak peduli terhadap permasalahan umat Islam, maka
ia tidak termasuk golongan mereka, dan barang siapa yang pagi dan sorenya tidak
digunakan bernasehat kepada Allah, rasul-Nya, kitab-Nya, pemimpinnya dan
seluruh umat Islam, maka ia bukan termasuk golongannya.”
Kewajiban ini yang harus diperkuat jikalau
terjadi perang dan krisis, atau kepentingan umum agar supaya dapat mengalahkan
musuh. Jikalau dalam keadaan amam, harus saling menasati, memperingatkan,
menyiapkan rencana dan mengungkapkan pendapat yang berkaitan dengan kebutuhan
umum demi membangun dan memajukan negara.
Selain memperbolehkan kebebasan dalam
berpolitik, tidak lantas kebebebasan tersebut tanpa batas. Dalam Islam juga
mengatur batasan atas kebebasan berpolitik, sehingga proses tersebut dilakukan
dengan niatan yang baik serta perbuatan yang baik pula. Salah satunya mengatur
supaya tidak berkata tentang sesuatu yang buruk, hal ini tertuliskan dalam
Al-Qur’an, “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah, dan
katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah akan memperbaiki bagimu
amalan-amalanmu.” (Al-Ahzab:70-71).
Sering juga musim politik seperti
sekarang ini, banyak orang disekeliling kita melontarkan kalimat yang sifatnya memantik
kearahnya perdebatan, maka langkah kita harus menjunjung etika berdebat, yakni
mengungkapkan pendapat serta menghargai pendapat orang lain tanpa terburu-buru
memberi keputusan hukum.
Selain itu pendapat yang kita lontarkan
tidaklah mengandung fitnah yang menyebabkan pembangkangan, serta tidak boleh
mendatangkan penghinaan atau kata-kata kotor bahkan membicarakan rahasia orang
lain.
Inilah etika berpolitik yang harus
dibangun oleh umat Islam, kebebasan yang diberikan mempunyai pembatasan,
sehingga mencerminkan bahwa Islam bukan agama yang buta akan politik serta
bebas melakukan politik yang merugikan banyak pihak.
Pusat Energi
Puasa merupakan gemblengan kaum
muslim untuk membentuk pribadi yang baik, Prof. DR. Salman Harun dalam bukunya Mutiara
Al-Qura’an menjelaskan, puasa mengajarkan menekan empat pusat energi yang
berpotensi untuk mendorong manusia dalam keburukan.
Yang pertama Jasmani
dengan panca indranya, sekalipun jasmani dikatakan dikontrol oleh otak, tetapi
ada manusia yang bertindak diluar kontrol otaknya, seperi orang yang terganggu
syarafnya. Sehingga jasmani merupakan pusat energi yang memiliki otot dan
syaraf.
Pusat energi Kedua adalah otak,
yang menghasilkan energi yang disebut daya pikir sehingga ilmu pengetahuan
dihasilkan. Dengan kolaborasi dengan jasmani, ilmu pengetahuan kemudian menjadi
teknologi.
Pusat yang Ketiga adalah Hati,
yang menghasilkan daya rasa yang mengakumulasikan menjadi daya semangat yang
dapat menggerakkan perjuangan. Agama menyebutnya sebagai iman yang bisa
mengobarkan semangat juang yang dahsyat.
Dan yang terakhir adalah Nafsu
yang berpusat pada perut. Pusat energi ini berhubugan erat dengan jasmani,
sehingga kekuatan jasmani banyak tergantung padanya.
Jasmani manusia bisa berbuat baik dan
buruk, begitupun otak manusia. Sehingga akal bukan segala-galanya, karena akal
bisa akal-akalan. Hatipun juga bisa berbuat hal yang sama, sehingga ada kosa
kata bahasa Indonesia “baik Hati” dan “busuk hati”. Sedangkan nafsu pada
dasarnya bukan berkonotasi negatif, karena ada nafsu yang baik, yakni dalam hal
mengerjar cita-cita.
Dengan demikian apabila kaum muslimin
mampu melaksanakan puasa dengan melibatkan keempat potensi dirinya itu, tentu
sikap-sikap hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara mereka akan semakin
baik sesuai dengan norma-norma Islam.
Sehingga akan semakin memperkuan arti
agama Islam dalam negara ini, yakni islam meletkkan tolak ukur kemuliaan dalam
pengabdian kepada manusia dan kemanusiaan, bukan hanya dalam hal syariat agama
saja. Bangsa yang bersuku dan agama ini dipersatukan oleh islam dalam bentuk
dedikasi serta pengabdian tersebut.
Catatan: 26/06/2014
Baca Selengkapnya.. »»