Selamat Datang Diblog Andi Riyanto * jadikan hidupmu bermanfaat bagi orang yang kamu sayangi * ingatlah kelemahanmu itu adalah kelebihanmu * masalah itu timbul dari pikiran kita *

Jumat, 18 Juli 2014

Ramadhan: Antara Politik dan Ibadah

Tahun ini memang negara ini sedang mengalami Tiga pesta besar, yakni Perta Sepak Bola sejagad yang dilaksanakan di Brazil, yang kedua Pesta Demokrasi yang menjadi akan menentukan pemimpin bangsa lima tahun kedepan serta Pesta Pahala yang tertuang bulan penuh berkah yakni bulan suci Ramadhan.
Puasa tahun ini akan semakin berat dilaksanakan kaum muslimin, disebabkan kebanyakan masyarakat telah terserang virus black campaign sehingga saling serang seperti hal yang biasa, apalagi sudah mendekati “lebaran” demokrasi 9 april mendatang.
Sudah banyak juga yang sudah mengutarakan pendapatnya dibalik kampanye yang berkedok agama. Seperti yang dituliskan Cheline Indra Shusmita di Mimbar mahasiswa solopos tanggal
Hal ini seakan menjadi tantangan umat islam untuk tetap fokus dalam menentukan pemimpin, apalagi dalam demam demokrasi ini kedua belah pihak di dukung partai yang berbasis Islam. Banyak pemuka agama yang menjadi juru kampanye, Sehingga akan semakin banyak lagi “bumbu penyedap” yang berasakan agama dalam memasukkan pesan pemenangan.
Untuk menanggapi ancaman semacam ini, muslimin Indonesia dituntut untuk menunjukkan kepribadiannya sebagai masyarat Islam yang cinta damai. Dr, Muhammad Ali Hasyimi dalam bukunya Apakah Anda Berkepribadian Muslim? Menerangkan bahwa seorang muslim harus memiliki sifat kedamaian bagi sesama, dan sbagai pemberi manfaat bagi sesama.
Menjadikan pilitik yang santun sebagi ibadah didalam bulan penuh berkah menjadi tujuan berpolitik ala seorang muslim, karena memilih pemimpin yang bertanggung jawab serta menjalankan ibadah puasa menjadi kewajiban. Untuk meningkatkan keimanan menjadi suatu ketaqwaan kepada Tuhan yang maha kuasa.

Buka Puasa Politik
Strategi para elit politik untuk meraih pemenangan tidak lepas dari waktu menjalankan strategi. Seperti bulan Ramadhan juga harus memiliki strategi mendekati masyarakat bawah. Yang lebih sering dilakukan yakni berbuka puasa dengan para calon president yang sedang berperang.
Seperti yang diberitakan oleh beritakotamakassar.com (20/06) tim relawan kalla di makassar telah menyusun rencana bersilaturahmi di 24kab/kota di sulsel serta membuat acara buka bersama akbar. Rencana tersebut disampaikan juru bicara relawan kalla Subhan mappaturung.
Selain itu dari kubu Prabowo sudah lebih dahulu membuat gebrakan buka bersama sejak tahun lalu, yakni seperti diberitakan detik.com 16/07/2013. Prabowo mengadakan buka puasa bersama nelayan muara angke. Bahkan prabowo sempat ditanya mengenai program jikalau memenangkan pemilu tahun 2014.
Pendapat saya, bulan ramadhan ini akan menjadi lahan buka bersama para calon presiden dengan alih-alih silaturahmi serta mendekatkan diri pada masyarakat luas. Hal ini sah-sah saja karena maksud dari buka puasa juga untuk merekatkan serta memperbanyak amal di bulan penuh barokah ini.
Tetapi jikalau hal tersebut bukan semata-mata untuk ibadah saja, maka akan menjadi amal yang sia-sia. Dikarenakan amal perbuatan manusia tergantung pada niat, dan jika niatnya mencari sensasi, maka cuma akan mendapatkan sensasi saja.
Pada dasarnya buka puasa bertujuan untuk Melaksanakan ajaran Rasulullah tentang memberi buka pada sesama muslim yang sedang berpuasa, Menghidupkan bulan ramadhan dengan amal-amal shaleh, menumbuhkan Sifar dermawan, Ukhuwah islamiyah, Membantu meringankan kaum dhu’afa.
Maka tidaklah etis jika kegiatan yang mulia itu, dikerjakan atas dasar strategi untuk meraih simpati masyarakat saja. Sehingga akan membuat makna buka bersama menjadi hilang serta merendahkan nilai-nilai agama.

Kebebasan Berpolitik
Islam memberi kebebasan dalam urusan berpolitik seperti yang ditulis Prof. DR. Wahbah Az-Zuhaili dalam bukunya Kebebasan dalam Islam, didasarkan pada asaz permusyawaratan. Merupakan ungkapan keinginan, pendapat umum dan mengambil keputusan supaya selalu mendengarkan suara rakya, menyimak pendapat serta merasakan problem mereka.
Seperti dalam hadist yang diriwayatkan oleh At-Thabarani mengungkapkan betapa pentingnya menyelesaikan permasalahan umat. “Barang siapa yang tidak peduli terhadap permasalahan umat Islam, maka ia tidak termasuk golongan mereka, dan barang siapa yang pagi dan sorenya tidak digunakan bernasehat kepada Allah, rasul-Nya, kitab-Nya, pemimpinnya dan seluruh umat Islam, maka ia bukan termasuk golongannya.”
Kewajiban ini yang harus diperkuat jikalau terjadi perang dan krisis, atau kepentingan umum agar supaya dapat mengalahkan musuh. Jikalau dalam keadaan amam, harus saling menasati, memperingatkan, menyiapkan rencana dan mengungkapkan pendapat yang berkaitan dengan kebutuhan umum demi membangun dan memajukan negara.
Selain memperbolehkan kebebasan dalam berpolitik, tidak lantas kebebebasan tersebut tanpa batas. Dalam Islam juga mengatur batasan atas kebebasan berpolitik, sehingga proses tersebut dilakukan dengan niatan yang baik serta perbuatan yang baik pula. Salah satunya mengatur supaya tidak berkata tentang sesuatu yang buruk, hal ini tertuliskan dalam Al-Qur’an, “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah, dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah akan memperbaiki bagimu amalan-amalanmu.” (Al-Ahzab:70-71).
Sering juga musim politik seperti sekarang ini, banyak orang disekeliling kita melontarkan kalimat yang sifatnya memantik kearahnya perdebatan, maka langkah kita harus menjunjung etika berdebat, yakni mengungkapkan pendapat serta menghargai pendapat orang lain tanpa terburu-buru memberi keputusan hukum.
Selain itu pendapat yang kita lontarkan tidaklah mengandung fitnah yang menyebabkan pembangkangan, serta tidak boleh mendatangkan penghinaan atau kata-kata kotor bahkan membicarakan rahasia orang lain.
Inilah etika berpolitik yang harus dibangun oleh umat Islam, kebebasan yang diberikan mempunyai pembatasan, sehingga mencerminkan bahwa Islam bukan agama yang buta akan politik serta bebas melakukan politik yang merugikan banyak pihak.

Pusat Energi
Puasa merupakan gemblengan kaum muslim untuk membentuk pribadi yang baik, Prof. DR. Salman Harun dalam bukunya Mutiara Al-Qura’an menjelaskan, puasa mengajarkan menekan empat pusat energi yang berpotensi untuk mendorong manusia dalam keburukan.
Yang pertama Jasmani dengan panca indranya, sekalipun jasmani dikatakan dikontrol oleh otak, tetapi ada manusia yang bertindak diluar kontrol otaknya, seperi orang yang terganggu syarafnya. Sehingga jasmani merupakan pusat energi yang memiliki otot dan syaraf.
Pusat energi Kedua adalah otak, yang menghasilkan energi yang disebut daya pikir sehingga ilmu pengetahuan dihasilkan. Dengan kolaborasi dengan jasmani, ilmu pengetahuan kemudian menjadi teknologi.
Pusat yang Ketiga adalah Hati, yang menghasilkan daya rasa yang mengakumulasikan menjadi daya semangat yang dapat menggerakkan perjuangan. Agama menyebutnya sebagai iman yang bisa mengobarkan semangat juang yang dahsyat.
Dan yang terakhir adalah Nafsu yang berpusat pada perut. Pusat energi ini berhubugan erat dengan jasmani, sehingga kekuatan jasmani banyak tergantung padanya.
Jasmani manusia bisa berbuat baik dan buruk, begitupun otak manusia. Sehingga akal bukan segala-galanya, karena akal bisa akal-akalan. Hatipun juga bisa berbuat hal yang sama, sehingga ada kosa kata bahasa Indonesia “baik Hati” dan “busuk hati”. Sedangkan nafsu pada dasarnya bukan berkonotasi negatif, karena ada nafsu yang baik, yakni dalam hal mengerjar cita-cita.
Dengan demikian apabila kaum muslimin mampu melaksanakan puasa dengan melibatkan keempat potensi dirinya itu, tentu sikap-sikap hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara mereka akan semakin baik sesuai dengan norma-norma Islam.
Sehingga akan semakin memperkuan arti agama Islam dalam negara ini, yakni islam meletkkan tolak ukur kemuliaan dalam pengabdian kepada manusia dan kemanusiaan, bukan hanya dalam hal syariat agama saja. Bangsa yang bersuku dan agama ini dipersatukan oleh islam dalam bentuk dedikasi serta pengabdian tersebut.

Catatan: 26/06/2014

Kataku

ketika kita tidak mencoba, maka kita tidak akan mengalami kesalahan, sehingga apa yang disebut keberhasilan juga kita tidak akan mengetahuinya. Sesuatu yang baru itu lebih membuat kita tertantang, sehingga kita dapat menabung dalam bank pikiran kita, sehingga kita dapat mengambilnya suatu nanti apabila kita membutuhkanya.
Andi Riyanto
Template by : kendhin x-template.blogspot.com