Pesta politik tahun 2014 mungkin agak sedikit ternodai. Dikala status negara rawan bencana, dari bencana Gunung Sinabung, Banjir diberbagai daerah, tanah longsor, tanah membelah dan masih banyak lainnya.Bencana tersebut sekan menjadi barokah untuk partai yang lulus seleksi pemilu 2014. Kegiatan yang berkedok bakti sosial seperti, pendirian posko-posko kesehatan, tenda-tenda pengungsian bahkan sampai pemberian makanan gratis yang ditempel gambar partai dan calon legislatif.
Hal ini tidaklah murni, karena hanya untuk mengambil simpati masyarakat untuk menyukseskan partai tersebut. Sampai ada bingkisan makanan yang berlebel “gratis” dari departemen kesehatan disulap seakan-akan dari calon wakil rakyat dengan menempel bingkisan tersebut dengan foto yang bersangkutan.
Selain hal itu, hal yang tak kalah hebohnya pembahasan tambahan anggaran diperuntukkan saksi-saksi yang akan bekerja pada waktu hari H pemilihan 9 april 2014. Muncul pertanyaan dikalangan masyarakat, saksi yang bekerja untuk partai, tetapi mendapat imbalan dari negara. “yang bekerja siapa, yang menggajai siapa” istilah dari teman sekontrakan saya.
Yang terpenting bagi masyarakat bukan janji ataupun kegiatan yang hanya bersifat pencitraan, tetapi bukti-bukti kongkrit untuk mensejah terakan rakyat. Apalagi banyak waakil-wakil rakyat yang terjerat kasus korupsi yang sangat merugikan negara.
Bencana tetaplah bencana, ini menjadi perhatian kita semua. Bencana haruslah diselesaikan dengan rasa kemanusiaan, bukan pencitraan. Pesta politik pesta rakyat, bukan merayakan bencana.
31 Januari 2014