Komunikasi Massa

MEDIA AND THE CONSTRUCTION OF REALITYMEDIA DAN KONSTRUKSI DARI KENYATAAN
Stefan WeberStefan Weber
What does “media construct reality” mean?Apa yang dimaksud dengan "media membuat realitas" mean? From an ontological to an empirical understanding of Dari ontologis pada pemahaman empiris konstruksi.


It has very quickly become textbook wisdom: “media construct reality.” BHal ini telah menjadi buku kebijaksanaan sangat cepat: "media membuat realitas." Tapi what does that meanapa artinya? Did they always do that? Apakah mereka selalu melakukan itu? Or are they doing it more and Atau mereka melakukannya lebih banyak dan more? lebih? Or even both of those? Atau bahkan baik dari mereka? Which level are we talking about? Tingkat yang sedang kita bicarakan? Does reality Apakah realitas construction mean a factual statement within a theory of knowledge? konstruksi berarti sebuah pernyataan faktual dalam teori pengetahuan? Or a Atau conscious strategy? sadar strategi? Is it simply that we (journalists as well as percipients) Apakah ini hanya bahwa kita (wartawan serta percipients)cannot not construct or can one decide for or against the construction of tidak bisa tidak bembangun atau dapat satu memutuskan untuk atau terhadap pembangunan reality? kenyataan?

The discussion about “reality construction” has become, in the meantime, inflated 2 – and notDiskusi tentang "konstruksi realitas" telah menjadi, sementara itu, meningkat 2 - dan tidak only throughout the entire arts, social and cultural sciences but also in disciplines such as hanya sepanjang seluruh seni, dan budaya ilmu sosial tetapi juga dalam disiplin ilmu seperti mathematics, biology, physics or architecture. matematika, biologi, fisika, atau arsitektur. It appears as if it is a central discovery of Tampaknya seolah-olah itu adalah penemuan pusat postmodern science that more or less 'everything' is constructed – space and time as well as postmodern ilmu yang lebih atau kurang 'segalanya' dibangun - ruang dan waktu sertaxenophobia; sex and gender as much as the reality of mass media.” xenophobia; seks dan gender sebanyak realitas media massa. "Kita hanya dapat memahami daya tarik slogan itu "realitas konstruksi" ketika salah saturealises which thoughts are meant to be replaced by it in the first place: reality so-called. menyadari pikiran yang dimaksudkan untuk diganti dengan di tempat pertama: apa yang disebut realitas.

By and large it concerns a new version of the discourse in Western philosophy which hasPada umumnya hal tersebut menyangkut suatu versi baru wacana dalam filsafat Barat yang memilikibeen going on for the last two thousand years as to whether the world 'out there' really is sudah berlangsung selama dua ribu tahun terakhir, apakah dunia luar sana 'sebenarnya'there' or is only constructed by us. 'Ada' atau hanya dibangun oleh kami. In the history of philosophy there are many 'isms' which Dalam sejarah filsafat ada 'banyak isme' yangare connected with this discussion: essentialism and nominalism, materialism and idealism, terhubung dengan diskusi ini: esensialisme dan nominalisme, materialisme dan idealisme,and of course recently, realism and constructivism. dan tentu saja baru-baru ini, realisme dan konstruktivisme. In all of these schools of though the Di semua sekolah meskipunconcern is with the basic question whether an agent or unit X (this can be a person, an perhatian adalah dengan pertanyaan dasar apakah agen atau unit X (ini dapat menjadi orang, sebuahobserver, a brain, a social system in various forms, the entire culture, the whole society, the pengamat, otak, sistem sosial dalam berbagai bentuk, seluruh budaya, seluruh masyarakat, yangmedia as a whole etc.) that believes that it knows reality has created it or only depicted it. media sebagai keseluruhan dll) yang percaya bahwa ia tahu kenyataan telah menciptakan atau hanya digambarkan itu.

Realism starts from the position that it is more likely that it is reality or it is only realityRealisme dimulai dari posisi yang lebih mungkin bahwa itu adalah realitas atau hanya realitaswhich has an effect on the agent (and not the reverse); while constructivism asserts that yang memiliki efek pada agen (dan bukan sebaliknya), sedangkan konstruktivisme menyatakan bahwait is more likely or only the agent that, in the act of perceiving reality, creates it. lebih cenderung atau hanya agen bahwa, dalam tindakan memahami realitas, menciptakan itu.

The differing agents that generate realities are bound up with the different currents oPara agen yang berbeda yang menghasilkan realitas terikat dengan arus yang berbedaconstructivism: Konstruktivisme:



Table 1Tabel 1

Constructing agent/ unitMembangun agen / unitVarieties of Constructivism Varietas Konstruktivisme

BrainOtak Neurobiological constructivism Beurobioloogi konstruktivisme(representative: Gerhard Roth) (Perwakilan: Gerhard Roth)

'Cognitive system' 'Observer''Sistem kognitif' 'Observer'Constructivist bio-epistemology Bio-epistemologi konstruktivis(representative: Humberto R. Maturana)(Perwakilan:Humberto Maturana R.)

'Social system', Communication'Sistem Sosial', KomunikasiAuto-poietic system theory Auto-poietic sistem teori(representatives: Niklas Luhmann, Peter Fuchs et al) (Perwakilan: Niklas Luhmann, Peter Fuchs et al)

CultureBudaya(Constructivist) Culturalism (Konstruktivisme)

Culturalism (representative: Peter Janich)(Perwakilan: Peter Janich)

-MediaMedia- Media-cultural constructivismMedia-budaya konstruktivisme

(individual media and mass media systems)(Media individu dan sistem media massa)

(representatives: Gebhard Rusch, Klaus Merten et.al.)(Perwakilan: Gebhard Rusch, Klaus Merten dkk)

Cognition, communication, media and cultureKognisi, komunikasi, media dan budayaSocio-cultural constructivism Sosial-budaya konstruktivisme(representative: Siegfried J. Schmidt (Perwakilan: Siegfried J. Schmidt) )



















As the table shows, various constructors dedicate them selves to various constructivisms: thusSebagai menunjukkan meja, berbagai konstruktor mereka mendedikasikan diri untuk berbagai constructivisms: sehinggafor brain researcher Gerhard Roth it appears indisputable that the brain is the 'mother' of all untuk otak Gerhard Roth peneliti tampaknya tak terbantahkan bahwa otak adalah ibu 'dari semuareality construction: even the imagination and reflection on (self)consciousness or 'self' is a konstruksi realitas: bahkan imajinasi dan refleksi pada (diri) kesadaran atau 'diri' adalahconstructive product of the brain, as neural 'labelling' as it were. produk konstruktif dari otak, sebagai syaraf 'label' sebagaimana aslinya. (cf. Roth 1996, 44 et. seq.) 3 (Bdk. 1996 Roth, 44 et. Seq 3.)

Other thinkers either focus on primary communication, culture or media as the reality-Pemikir lain baik fokus pada komunikasi utama, budaya atau media sebagai realitas- generating agent while only advanced constructivism in the variation propounded by Seigfried menghasilkan agen sementara hanya lanjutan dengan variasi konstruktivisme yang dikemukakan oleh SeigfriedJ. Schmidt attempts to observe all agents equally in a 'closed circuit'. J. Schmidt mencoba untuk mengamati semua agen sama dalam sebuah 'sirkuit tertutup'.

Most variations of modern constructivism, especially those developed within the German-Sebagian besar variasi konstruktivisme modern, terutama yang dikembangkan di dalam Jermanspeaking scientific discourse, consider themselves to be a counterposition to realism (whether berbicara wacana ilmiah, menganggap diri mereka menjadi counterposition untuk realisme (apakahin the guise of naïve, moderate or even radical constructivism) which is still the dominating di kedok naif, atau bahkan radikal konstruktivisme moderat) yang masih mendominasiintellectual model in scientific work, to the mimetic way of thinking and speaking or, as the model intelektual dalam pekerjaan ilmiah, dengan cara peniruan berpikir dan berbicara atau, sebagaicase may be, to the paradigm of reality depiction which—constructivism alleges—is either mungkin kasus, dengan paradigma penggambaran realitas yang-konstruktivisme menuduh-adalah baiklatently or manifestly advocated by the majority of scientists. laten atau nyata yang dianjurkan oleh mayoritas ilmuwan. Accordingly, the constructivist Dengan demikian, para konstruktivisway of thought reads as the antipode of the realistic field of terminology. cara berpikir dibaca sebagai antipoda dari bidang istilah realistis.








Table 2 Tabel 2

Realistic terminology Terminologi Realistis

Constructivist terminology Terminologi konstruktivis

(= mimetic way of thinking) (= Peniruan cara berpikir) (= poietic way of thought) (= Poietic cara berpikir) Semantic field “depiction” Semantic lapangan "penggambaran"

semantic field “construction” 5 bidang semantik "konstruksi" 5 Depicting Menggambarkan Making Membuat Representing Mewakili Constructing, generating Membangun, menghasilkan Copying, imitating Menyalin, meniru Planning, designing, producing, creating Perencanaan, perancangan, memproduksi, menciptakan (re)producing (Kembali) menghasilkan Reflecting, projecting Merefleksikan, memproyeksikan Embodying, producing, building (up) Mewujudkan, menghasilkan, bangunan (atas) Discovering (?) Menemukan (?) Inventing (?) Menemukan (?)















Dan pertanyaan klasik antara realisme dan konstruktivisme dengan demikian: Apakah realitas penemuanor an invention? atau penemuan? Do media reflect reality (exactly or distortedly) or to they construct it Apakah media mencerminkan realitas (persis atau distortedly) atau untuk mereka membangun ituin the first place? di tempat pertama? Is the world a projection or a design? Apakah dunia proyeksi atau desain? Do we represent something or Apakah kita merupakan sesuatu atauare we (and always have been) constructs? kita (dan selalu telah) konstruksi? Do we depict reality or build it up? Apakah kita menggambarkan realitas atau membangunnya?

One does not have to be an expert in constructivist discourse to understand that the majoritySalah satu tidak harus menjadi ahli dalam wacana konstruktivis memahami bahwa mayoritasof constructivist have become involved in these philosophically crucial questions and have dari konstruktivis telah menjadi terlibat dalam pertanyaan filosofis ini penting dan memilikireacted to the realist generalisation—“everything is depiction”—with a constructivist bereaksi ke-generalisasi realis "semuanya penggambaran"-dengan sebuah konstruktivisgeneralisation—“everything is construction”. generalisasi-"semuanya konstruksi". The majority of constructivists nowadays Mayoritas konstruktivis saat ini(unfortunately) propose that the constructive nature of our reality and world is the conditio (Sayangnya) mengusulkan bahwa sifat konstruktif dari realitas kita dan dunia yang conditiosine qua non of knowing. sine qua non mengetahui. In other words: Man cannot not construct, one 'always' has done Dengan kata lain: Manusia tidak bisa tidak membangun, salah satu 'selalu' telah dilakukanthat, 'we' always come too late and can't decide for or against construction as a precondition bahwa, 'kami' selalu datang terlambat dan tidak bisa memutuskan untuk atau terhadap konstruksi sebagai prasyaratand mode of knowing. dan cara mengetahui. I would like to call this form of constructivism—which is to be Saya ingin menyebut bentuk konstruktivisme-yang akanpersistently found in all the above-mentioned variations of constructivist though—ontological terus-menerus ditemukan dalam semua variasi yang disebutkan di atas meskipun-ontologis konstruktivisconstructivism. konstruktivisme. At first that sounds as if it would be a contradiction in terms because how can Pada pertama yang terdengar seolah-olah itu akan kontradiksi dalam hal karena bagaimana dapatconstructivism as a theory of the active processes of knowing ever be ontological, that is Konstruktivisme sebagai suatu teori tentang proses yang aktif untuk mengetahui pernah ontologis, yaituclaim the unalterable existence of a fact? klaim keberadaan suatu fakta tak dapat diubah?

The assertion “everything is construction” becomes caught in the well-known logical dilemmaPenegasan itu "semuanya konstruksi" menjadi terjebak dalam dilema-logis dikenal baikof the infinite regression: if “everything” is construction, then this sentence is also etc. etc.— dari regresi tak terbatas: jika "semua" adalah konstruksi, maka kalimat ini juga dll dll -but what knowledge of value does the sentence contain in addition? tapi apa pengetahuan tentang nilai tidak mengandung kalimat di samping? If I take the constructor Jika saya mengambil constructorof reality out of the constructed reality in order to avoid exactly that contradiction ( as realitas dari realitas dibangun untuk menghindari persis bahwa kontradiksi (sebagaiGerhard Roth does), then I land in another paradoxical ontology again in that the brain is the Gerhard Roth tidak), kemudian aku tanah di lain ontologi paradoks lagi di otak adalahconstructor of reality outside of the constructed reality, that is, it sits 'out there' in the real konstruktor realitas di luar realitas dibangun, artinya, duduk 'luar sana' dalam nyataworld. dunia. But how can we ever know if reality is constructed by the brain? Tapi bagaimana kita bisa tahu apakah realitas dibangun oleh otak? Who has ever seen Siapa yang pernah melihat (and with what) brains in a (non-constructed, real) reality?(Dan dengan apa) otak dalam (non-dibangun, nyata) kenyataan?

One might object that an ontological constructivism which regards the constructed nature ofOrang mungkin objek bahwa ontologis konstruktivisme yang menganggap sifat dibangun darithe world as an unalterable fact is almost never proposed. dunia sebagai fakta tidak dapat diubah hampir tidak pernah diusulkan. A few quotations from the literature Beberapa kutipan dari literaturwill serve as a refutation. akan berfungsi sebagai suatu sangkalan. Thus Gebhard Rusch, for example, in his critical discussion of my Jadi Gebhard Rusch, misalnya, dalam diskusi kritis tentang sayavariation of constructivism wrote that one cannot compare realistic procedures and processes variasi konstruktivisme menulis bahwa orang tidak dapat membandingkan prosedur realistis dan proseswith constructivist ones “as if within the framework of a constructivist approach there was an dengan yang konstruktivis "seolah-olah dalam kerangka pendekatan konstruktivis adaalternative to cognitive-social constructiveness” (Rusch 1999, 9). alternatif-sosial konstruktif kognitif "(Rusch 1999, 9). If there is no alternative to Jika tidak ada alternatifcognitive-social constructiveness, then at least more (or less) constructiveness? kognitif-sosial konstruktif, maka setidaknya lebih (atau kurang) konstruktif? It is not Bukandifficult to realise that every attempt at gradual empiricism is repulsed. sulit untuk menyadari bahwa setiap upaya bertahap empirisisme adalah jijik. Often the 'fact' of Seringkali fakta 'dariconstructiveness is not represented as a result but rather as a pre-condition. konstruktif tidak dicantumkan sebagai hasilnya, tetapi lebih sebagai prasyarat. The journalism jurnalisme Theresearcher, Alexander Görke, who is oriented on systems theory, writes in an article with the peneliti, Alexander Görke, yang berorientasi pada sistem teori, menulis dalam sebuah artikel dengansubtitle “On the Reality of Mass Media” with the following as the first sentence: Ttalk about subjudul "Pada Realitas Media Massa" dengan hal berikut sebagai kalimat pertama: Ttalk tentangthe functional system of mass media is based on the observation that also mass media and sistem fungsional media massa didasarkan pada pengamatan bahwa media massa dan jugajournalism too [...] construct reality sui generis. jurnalisme terlalu [...] sui generis membangun realitas. For theoretical considerations of the system Untuk pertimbangan teoritis dari sistemthis raises the question of how this specific form of creating social order is possible and that ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana bentuk spesifik untuk menciptakan tatanan sosial adalah mungkin dan bahwameans how the mass media system distinguishes itself from its surroundings.” (Görke 2001, berarti bagaimana sistem media massa membedakan dirinya dari sekitarnya 2001. "(Görke,55). 55).

Here, too, the observation of the constructiveness precedes theory formation; the assumptionDi sini juga, pengamatan konstruktif mendahului teori pembentukan; asumsiof the construction of a different reality by each social system becomes the presupposition of konstruksi realitas yang berbeda oleh setiap sistem sosial menjadi pengandaianthe debate on how systems differentiate themselves from their surroundings. perdebatan tentang bagaimana sistem membedakan diri dari lingkungannya. Any fuLebih lanjutexamination of this “reality sui generic” or with the terminology of constructing which is used pemeriksaan ini sui realitas "generik" atau dengan istilah yang digunakan membangundoes not take place. tidak terjadi.A third example comes from Siegfried J. Schmidt himself.

Contoh ketiga berasal dari Siegfried J. Schmidt sendiri. He writes: Dia menulis:“Reality construction of actors are subject-bound but not subjective in the sense of arbitrary, "Realitas aktor pembangunan adalah subjek-diikat, tetapi tidak subjektif dalam arti sewenang-wenang,intentional or relativistic. disengaja atau relativistik. And that is because in the construction of reality individuals [...] are Dan itu adalah karena dalam pembangunan individu adalah realitas [...]always too late . selalu terlambat. Everything which becomes conscious first assumes the unattainable neuronal Segala sesuatu yang menjadi pertama sadar menganggap tidak mungkin tercapai sarafactivity of consciousness; everything which is said presumes an already unconsciously kegiatan kesadaran, segala sesuatu yang katanya menganggap yang sudah sadaracquired mastery of language; how things will be talked about and with what effect. mengakuisisi penguasaan bahasa; bagaimana hal-hal akan dibicarakan dan dengan apa yang berlaku. All of Semuathis pre-supposes socially regulated and culturally programmed discourses within the social ini pra-mengandaikan sosial dan budaya diatur diprogram dalam wacana sosialsystem. sistem. In this respect these processes organise the reality construction of themselves and Dalam hal ini mengatur proses-proses konstruksi realitas sendiri danthus create their own ordering of realit(y)ies.” (Schmidt 2000, 47 ff.) sehingga membuat mereka memesan sendiri realit (y) ies ff. "(Schmidt 2000, 47.)Once again constructivism appears as an ontological theory offering no alternatives:

Sekali lagi konstruktivisme muncul sebagai teori ontologis tidak memberikan alternatif:constructiveness was always there, whether one wants it or not.6 Why is there this notorious konstruktif selalu ada di sana, apakah kita menginginkannya atau not.6 Mengapa ada ini terkenaldisregard of conscious will as an instrument of reality construction? mengabaikan akan sadar sebagai alat konstruksi realitas? The answer is right in Jawabannya adalah tepat difront of our eyes: German language constructivism was always concerned with removing the depan mata kita: konstruktivisme bahasa Jerman selalu berhubungan dengan mengeluarkanterm 'construction' from any connotation of planning—intentional or strategic production 7— istilah 'pembangunan' dari konotasi-disengaja atau strategis perencanaan produksi 7 -and move it towards an unconscious, unintentional, arbitrary production of reality. dan bergerak ke arah yang tidak disengaja,, sewenang-wenang produksi tak sadar kenyataan. In the Dalamprocess it is forgotten that there is no logically compelling reason why constructivism should proses itu adalah lupa bahwa tidak ada alasan kuat mengapa secara logis harus konstruktivismenot observe both 8. tidak amati baik 8. Here the unconscious, non-arbitrary construction of reality (in a neuronal Di sini tidak sadar, non-arbitrer konstruksi realitas (dalam sarafsense and well as in the sense of our pre-existing systems of inherited abilities, socialisation rasa dan juga dalam arti sudah ada sebelumnya sistem kami kemampuan warisan, sosialisasiand [native] language, that is to say, those constructions which 'we' cannot control actively dan [bahasa] asli, artinya, mereka konstruksi yang 'kita' tidak dapat mengendalikan secara aktifand consciously or if, then only partially) and there the conscious, arbitrary construction (in dan secara sadar atau jika, maka hanya sebagian) dan ada yang sewenang-wenang, konstruksi sadar (dalamthe sense of a conscious construction of the world as, for example, in tabloid journalism arti dari sebuah konstruksi sadar dunia seperti, misalnya, dalam jurnalisme tabloidthrough the power of the imagination, by using certain linguistic techniques and styles of melalui kekuatan imajinasi, dengan menggunakan teknik linguistik tertentu dan gayadiscussion etc.). diskusi dll). To recapitulate more precisely and to apply it to the media complex: Untuk mengikhtisarkan lebih tepat dan menerapkannya kepada media kompleks:the statement “media construct reality” can be understood as “media construct reality” per se pernyataan "media membuat realitas" dapat dipahami sebagai "media membuat realitas" per seand always have because it is not possible to do anything else, because the relationship of dan selalu ada karena tidak mungkin untuk melakukan hal lain, karena hubunganworld and media is, in itself, constructive. dunia dan media, dalam dirinya sendiri, konstruktif. This is the position of so-called radical Ini adalah posisi yang disebut radikalconstructivism that, in my critical revision, is really an ontological constructivism . konstruktivisme bahwa, dalam revisi kritis saya, benar-benar sebuah ontologis konstruktivisme. It leads to Hal ini membuatthe old philosophical stalemate between realism and constructivism – and to the well-known jalan buntu filosofis lama antara realisme dan konstruktivisme - dan ke-terkenalquestion as to whether the person who has just had a blow delivered to the head is in real or pertanyaan, apakah orang yang baru saja memiliki pukulan disampaikan kepada kepala adalah secara real atauconstructive pain. konstruktif sakit. May the philosophers take one position or another and argue it for the next Semoga filsuf mengambil satu posisi atau lainnya dan berdebat itu untuk selanjutnyatwo thousand years as well! dua ribu tahun juga! Whoever proposes a radical ie ontological constructivism on the Siapa pun yang mengusulkan yaitu ontologis konstruktivisme radikal padalevel of knowledge theory does not, a priori, deny the possibility that there could be another tingkat pengetahuan teori tidak, a priori, menyangkal kemungkinan bahwa mungkin ada yang lainconstructivism but in general it is the philosophical all-encompassing generalisation of konstruktivisme tetapi secara umum adalah generalisasi yang mencakup segala hal filosofisconstructionism itself which is advocated. konstruksionisme sendiri yang menganjurkan.The statement “media construct reality” can, however, also be supplemented by: more and Pernyataan "media membuat realitas" bisa, bagaimanapun, juga dilengkapi dengan: lebih banyak danmore or less and less . lebih atau kurang dan kurang. This would be a processual or empirical variation of constructivism Ini akan menjadi variasi atau empiris processual konstruktivismethat would appear substantially more plausible. yang akan muncul secara substansial lebih masuk akal. The objection of the orthodox, ontological Keberatan dari ortodoks, ontologisconstructivists is that an observation like this is logically incompatible with constructivism konstruktivis adalah bahwa pengamatan seperti ini secara logis tidak kompatibel dengan konstruktivismeand leads back to realism. And in point of fact, the statement that “media construct reality dan mengarah kembali ke realisme. Dan dalam kenyataannya, pernyataan bahwa "media membangun realitasmore and more, more frequently or more often” more in keeping with realism since lebih dan lebih, lebih sering atau lebih sering "lebih cocok dengan realisme sejakconstruction is more likely to be understood as a conscious strategy . konstruksi lebih cenderung dipahami sebagai sebuah strategi sadar. Would the possibility Apakah kemungkinanof differentiating between construction (as an ontological pre-condition of knowing) and membedakan antara konstruksi (sebagai pra-kondisi ontologis mengetahui) dan constructiveness (as an empirical +- trend) offer a way out of the dilemkonstruktif (sebagai + empiris - trend) menawarkan jalan keluar dari dilema? Theoretically this Secara teoritis iniwould be possible though it is, however, almost impossible to maintain looked at from a mungkin terjadi meskipun Namun, hampir mustahil untuk mempertahankan dilihat daripragmatic linguistic standpoint. pragmatis sudut pandang linguistik. It appears to me to make more sense not to bind processual or Tampaknya saya lebih masuk akal untuk tidak mengikat processual atauempirical constructivism—as I understand it—epistemologically either on realism or on empiris konstruktivisme-saat aku mengerti-epistemologis baik pada realisme atauconstructivism but rather on an alternative to both these currents of epistemology: on non- konstruktivisme tetapi lebih pada alternatif kedua aliran epistemologi: non-dualistic philosophy, that wants to leave the question of depiction or construction behind it. filsafat dualistis, yang ingin meninggalkan pertanyaan penggambaran atau konstruksi di belakangnya.One might see a trend to this non-dualistic way of thought in the development of Siegfried J. Orang mungkin melihat tren ini-cara yang tidak dualistis pemikiran dalam pengembangan Siegfried J.Schmidt's constructivism (cf. Schmidt 2002) although Schmidt starting out from non-dualism Schmidt konstruktivisme (cf. Schmidt 2002) meskipun Schmidt mulai dari non-dualismeonly to land even more definitively in an (at least remainder of) ontological constructivism. hanya untuk tanah bahkan lebih definitif dalam setidaknya sisa (dari) ontologis konstruktivisme. 9 9Empirical constructivism is thus concerned with constructiveness as an empirically konstruktivisme empiris demikian peduli dengan konstruktif sebagai empirismeasurable trend on the basis of a non-dualistic epistemology . tren terukur berdasarkan sebuah epistemologi non-dualistik. But what does that mean? Tapi apa artinya?

Non-dualism (according to Mitterer 1992 and 2001 as well as its use in Weber's media theoryNon-dualisme (menurut Mitterer 1992 dan 2001 serta penggunaannya dalam media teori Weber1996) reconstructs realism and constructivism as the results of a particular philosophical 1996) merekonstruksi realisme dan konstruktivisme sebagai hasil tertentu filosofistechnique of argumentation, viz a dualistic way of speaking: only when there is a difference teknik argumentasi, yaitu dualistik cara berbicara: hanya ketika ada perbedaanbetween the observer (subject, instance...) and the observed (world, reality) in the first place antara pengamat (subjek, misalnya ...) dan diamati (dunia, realitas) di tempat pertamacan the question as to which of the two parts is more 'weighty' be asked. dapat pertanyaan untuk yang dari dua bagian yang lebih 'berat' diminta. Is it the agent that Apakah agen yangcreates the world (= constructivism) – or is it the world that affects the instance (= realism)? menciptakan dunia (= konstruktivisme) - atau apakah dunia yang mempengaruhi misalnya (= realisme)?

Filsafat Non-dualistik dalam versi dari filsuf Austria Josef Mitterer berarti dalamthe first place 'only' the critical analysis of this discourse in philosophy. tempat pertama 'hanya' analisis kritis terhadap wacana ini dalam filsafat. Dualism is to be Dualisme harusmade transparent in to arrive, in a second step, at an epistemological theory which does not dibuat transparan untuk tiba, pada langkah kedua, pada teori epistemologis yang tidakdepend on differentiating observer and observed (in my terminology; according to Mitterer's membedakan tergantung pada pengamat dan yang diamati (dalam terminologi saya, menurut Mitterer'sit would be called 'description' and 'object'). Applied to media it means nothing more than itu akan disebut 'Keterangan' dan 'objek') media. Terapan untuk itu berarti tidak lebih darinot to assume the dualism of media (as a reality generating and/or depicting agent) and tidak menganggap dualisme media (sebagai realitas menghasilkan dan / atau menggambarkan agen) danreality (as the product and/or precondition for media reporting) without questioning it realitas (sebagai produk dan / atau prakondisi untuk media pelaporan) tanpa mempertanyakannyaie to ontologise it. yaitu ontologise itu. Let us look at the example of the reporting of the terrorism of 11.9. Mari kita lihat contoh pelaporan terorisme sebesar 11,9. Of course I can assert that Tentu saja aku bisa menyatakan bahwathe camera pictures per se construct reality and so at this level I can argue an ontological gambar kamera per se membangun realitas dan jadi pada tingkat ini aku bisa berdebat dengan ontologisconstructivism. konstruktivisme. At the same time I can also determine that increasing chronological distance Pada saat yang sama saya juga dapat menentukan bahwa jarak kronologis peningkatanto the events meant increasing construction – therefore processual or empirical ke peristiwa berarti peningkatan konstruksi - sehingga processual atau empirisconstructivism! konstruktivisme! What has to be taken into account simply that both levels (here the Apa yang harus dipertimbangkan hanya yang kedua tingkat (di siniepistemological-generalising theory; there the practical-empirical) have to be separated from Generalising-teori epistemologis, ada yang praktis-empiris) harus dipisahkan darieach other in the discourse, without that leading to entrenched dualism once again. satu sama lain dalam wacana, tanpa yang mengarah ke dualisme tertanam sekali lagi. In my Dengan bahasaview empirical constructivism allows one to break talk about constructivity down to the praxis pandangan konstruktivisme empiris memungkinkan seseorang untuk istirahat berbicara tentang constructivity ke praksisof current media communication. media komunikasi saat ini. Constructivity 10 is no longer simply a conflictual term or 10 Constructivity tidak lagi hanya istilah atau konflikan empty empirical place-keeper but a concrete trend that might be thought of as embedded in eiris penjaga kosong tempat, melainkan suatu tren beton yang mungkin dianggap sebagai tertanam dalamother macro-trends of increasing media permeation such as the process of transforming lain-tren makro perpiridahan media peningkatan seperti proses transformasieverything into entertainment or fiction, acceleration, commercialisation/economisation segala sesuatu ke hiburan atau fiksi, percepatan, komersialisasi / economisationetc. Revealed forgeries such as Kujau's Hitler diaries, Michael Born's feature film fakes or dll.

Terungkap pemelsuan sprti buku harian Hitler Kujau, Michael Lahir di film atau fitur palsuTom Kummer's invented interviews under the “faction journalism” label are, however, only Kummer's menemukan wawancara Tom bawah jurnalisme faksi "" label Namun, hanyathe tip of the iceberg within the framework of a trend towards more and more constructivity. puncak gunung es di dalam kerangka dari kecenderungan dan lebih constructivity lebih. I Akuam thinking here about the increasingly broad interpenetration of journalism and saya berpikir di sini tentang interpenetrasi semakin luas dan jurnalismeentertainment (most recently “militainment” is making a name for itself ie reality TV in hiburan (yang terakhir "militainment" adalah membuat nama untuk dirinya sendiri yaitu realitas di TVHollywood guise 'live' from the campaign theatre of operations 11) or about the construction Hollywood kedok 'hidup' dari kampanye teater operasi 11) atau tentang konstruksiof reality in real life soaps. sabun kenyataan dalam kehidupan nyata. The good old quote from Walter Benjamin seems more pertinent Kutipan tua yang baik dari Walter Benjamin tampaknya lebih relevanthan ever: dari sebelumnya:

“... "... in the studio the mechanical equipment has penetrated so deeply into reality that its pure di studio peralatan mekanis telah menembus begitu dalam menjadi kenyataan bahwa yang murniaspect freed from the foreign body of the equipment is the result of a special procedure, aspek dibebaskan dari benda asing peralatan merupakan hasil dari prosedur khusus,namely, the shooting by the specially adjusted camera and the mounting of the shot together yaitu, pengambilan gambar oleh kamera khusus dan disesuaikan pemasangan tembakan bersamawith other similar ones. dengan yang sejenis lainnya. The equipment-free aspect of reality here has become the height of The-bebas aspek peralatan realitas di sini telah menjadi tinggiartifice; the sight of immediate reality has become an orchid in the land of technology.” kecerdasan; melihat realitas langsung telah menjadi anggrek di tanah teknologi. "(Benjamin 1963, 35). (Benjamin 1963, 35).

As can be seen here with little difficulty, Benjamin is also proposing an empiricalSeperti dapat dilihat di sini dengan sedikit kesulitan, Benyamin juga mengusulkan empirisconstructivism although from the quote itself the epistemological origins from which the konstruktivisme walaupun dari kutipan itu sendiri asal-usul epistemologis dari manaobservation took place are not clear. pengamatan berlangsung tidak jelas. The idea that the alleged real reality appearing to us on Gagasan bahwa realitas nyata dugaan muncul kepada kami dithe screen is as unfiltered and unvarnished as possible and requires the highest degree of layar adalah sebagai berfilter dan sebenarnya mungkin dan membutuhkan tingkat tertinggimechanical artificiality in order to appear real, still—and repeatedly—seems important to me. kepalsuan mekanik untuk muncul nyata, masih-dan berulang-ulang-tampaknya penting bagi saya.The other way round: less, more amateur or low-tech use of media is one of the factors which Sebaliknya: kurang, lebih amatir atau rendah teknologi penggunaan media merupakan salah satu faktor yangincreases the impression of the images being constructed. meningkatkan kesan gambar sedang dibangun. 12 – All of these observations, 12 - Semua pengamatan ini,however, are only possible within an empirical understanding of constructivity. Namun, hanya mungkin dalam pemahaman empiris constructivity. ParticularlyKususnya

the last-mention reversal ('the clearer real reality is suggested the more constructivity there is the-menyebutkan pembalikan terakhir ('realitas nyata jelas adalah menyarankan constructivity lebih adabehind it') offers enormous potential for media criticism and media education. belakangnya ') menawarkan potensi besar untuk kritik media dan pendidikan media. Of course this Tentu saja initheory should not be ontologically transformed (in the sense of “ in reality there is more teori ontologis tidak boleh berubah (dalam arti "pada kenyataannya ada lebihconstructivity behind it”). constructivity belakangnya "). But the self-relativisation in a discourse cannot be over- Tapi relativisation-diri dalam wacana tidak dapat di-emphasised. ditekankan.In an era of info-tainment, edu-tainment and also milit-ainment, of real life soaps, docu-

Dalam era dari info-tainment, edu-tainment dan juga milit-ainment, sabun kehidupan nyata, dokumen-dramas, faction journalism and extreme TV, of gender-swapping and avatars it would appear drama, jurnalistik dan TV faksi ekstrim, gender-swapping dan avatar yang akan munculthat an empirical constructivism which considers constructivity as a trend towards more bahwa konstruktivisme constructivity empiris yang menganggap sebagai kecenderungan yang lebihfictionalisation is more necessary than ever . fictionalisation lebih diperlukan dari sebelumnya. I would like to emphasise once again that I am Saya ingin menekankan sekali lagi bahwa sayanot suggesting a culturally critical pessimism in the sense of a loss of the reality 'out there' or tidak menyarankan kritis pesimisme budaya dalam arti hilangnya realitas 'di luar sana' ataua distancing from one reality and proposing a reality of nasty (post)modern media hybrids. sebuah jarak dari satu realitas dan mengusulkan suatu kenyataan buruk (pos) media hibrida modern. It Ituis much more that the question about the reality, the truth or reality in itself are revealed as jauh lebih bahwa pertanyaan tentang realitas, kebenaran atau realitas itu sendiri diungkapkan sebagaiphilosophical detritus, as systematically misleading and therefore as wrongly framed. detritus filosofis, sebagai sistematis menyesatkan dan oleh karena itu sebagai salah dibingkai. At the Padalevel of empirical media praxis it concerns the observation of the process and, therefore, the media empiris tingkat praksis menyangkut pengamatan proses dan, karenanya,modalities of reality construction which are becoming increasingly more refined, technically modalitas konstruksi realitas yang menjadi semakin lebih halus, teknisadvanced and economically motivated . maju dan ekonomis termotivasi. So what is interesting is both the aspect of the Jadi apa yang menarik adalah baik aspekreversal of classical reality ascriptions (fictionalisation and dramatisation of journalism vs. the pembalikan ascriptions realitas klasik (fictionalisation dan dramatisasi vs jurnalismeincrease in virtual 'reality depiction' in entertainment, cf. peningkatan penggambaran realitas virtual 'dalam hiburan, cf. Weber 2001) as well as the Weber 2001) sertatendency to hybridisation which questions dualist differentiations (infotainment as the kecenderungan untuk pertanyaan diferensiasi hibridisasi yang dualis (infotainment sebagaiintersection between information and entertainment, faction journalism as a balancing act persimpangan antara informasi dan hiburan, jurnalisme faksi sebagai tindakan penyeimbanganbetween fact and fiction, infomercials as the intersection between journalism and advertising antara fakta dan fiksi, infomersial sebagai persimpangan antara jurnalisme dan periklananand not forgetting PR journalism in the disguise of journalism). dan tidak lupa jurnalisme PR dalam penyamaran jurnalisme). In other words: numerous Dengan kata lain: banyakphenomena in current media communication (from reconstructed scenes in reality TV to PR fenomena dalam komunikasi media saat ini (dari adegan direkonstruksi di TV realitas untuk PRscreeds in daily newspapers – the latter camouflaged under such captions as “reader screeds di surat kabar harian - yang terakhir disamarkan di bawah keterangan seperti "pembacaservices”) offer examples for analysis in the light of empirical constructivism. Layanan ") menawarkan contoh untuk analisis dalam terang konstruktivisme empiris.


Table 3 Tabel 3

Current modalities of reality construction in the (primarily audiovisual) mass media – Lancar modalitas konstruksi realitas dalam (terutama audiovisual) media massa -

distinguished by reference to reality (proximity to reality decreases from 1 to 8) dibedakan dengan mengacu pada realitas (kedekatan dengan penurunan realitas 1-8)




The concluding









The penutupsystematology attempts to give a overview of current as well as classical phenomena, genres systematology mencoba memberikan sebuah gambaran arus serta fenomena klasik, genreand forms in degrees. dan bentuk-bentuk dalam derajat.

1. Reality TV / Realtime TV / Eyewitness News (real deployment of firemen, ambulance, police etc. withRealitas TV / Realtime TV / saksi mata News (penyebaran nyata dari petugas pemadam kebakaran, ambulans, polisi dan lain-lain denganaccompanying camera, with live broadcasting when possible). atas kamera, dengan siaran live bila mungkin).

2. Classical information journalism ( world events with only a short time lapse, usually almost no reconstructedKlasik (kejadian di dunia jurnalistik informasi dengan hanya selang waktu yang singkat, biasanya hampir tidak ada direkonstruksiscenes as well as almost no direct media intervention in events) [this too is becoming increasingly doubtful!] adegan-adegan serta hampir tidak ada intervensi langsung media dalam kegiatan) [ini juga menjadi semakin diragukan!]

3. 'Narrative Reality Television' ( 'real' events are reconstructed as in “Aktenzeichen XY”, “Emergency” etc."Narasi Realitas televise”(' nyata 'peristiwa direkonstruksi seperti dalam" Aktenzeichen XY "," Darurat "dllprogrammes..

4. Pogram. Entertainment and tabloid journalism (increase in media staged and constructed stories as well as an increasedan. Hiburan jurnalisme tabloid (media peningkatan bertahap dan cerita dibangun serta peningkatanin conscious media agenda-setting) di-sadar media agenda)

5. PR journalism (conscious and intentional image and brand bias of the reporting, increasing lack of labelling)Jurnalisme. PR (sadar dan sengaja citra merek dan bias pelaporan, meningkatkan kurangnya pelabelan)6. 'Performative Reality Television' ('' actors in the context of staged action and thus within the paradigm

6. 'Performatif Realitas. televisi' (''aktor dalam konteks tindakan bertahap dan dengan demikian dalam paradigma'game'. 'Permainan'. Examples: “Big Brother”, “Taxi Orange”, “Outback” etc. Contoh: "Big Brother", "Taksi Orange", "Outback" dll

7. Faction Journalism, Journalistic (feature)film fakes , inter alia, escalation of the constructive principle inFraksi Jurnalisme Jurnalistik (fitur palsu film), antara lain, eskalasi prinsip konstruktif dalamjournalism. jurnalisme. (Michael Born, Tom Kummer etc.) (Michael Lahir, Tom Kummer dll)

8. Classical Entertainment formats (Daily soaps, feature films etc.) and Advertising.( Klasik Hiburan sabun format harian, fitur film dll) dan Periklanan.


I want to mention once again the media influence of supposedly 'real reality' can definitely beAku ingin sekali lagi menyebutkan pengaruh media nyata realitas 'diduga' pasti dapat observed constructively.diamati konstruktif. In this area there are already tendencies to be seen in conscious Di daerah ini sudah ada kecenderungan harus dilihat dalam sadarconstructivism – such as when police, firemen etc. or journalists orient themselves on the konstruktivisme - seperti ketika polisi, pemadam kebakaran dll atau jurnalis berorientasi padacamera teams and intentionally exaggerate events. kamera tim dan sengaja membesar-besarkan peristiwa. 14 Finally, a general assumption of 14 Akhirnya, sebuah asumsi umumconstructivism – understood as a situational, critical reading methodology that is always konstruktivisme - dipahami sebagai membaca, metodologi kritis situasional yang selaluaware of the media observer – is appropriate at this stage. menyadari pengamat media - sesuai pada tahap ini. But constructivism, as enunciated Tapi konstruktivisme, seperti dikemukakanabove, should not limit itself to generalising. di atas, seharusnya tidak membatasi diri untuk generalising. Apart from that, it is worth noting that the Selain dari itu, perlu dicatat bahwaproposed gradual continuum of reality construction unifies journalistic and entertainment kontinum bertahap diusulkan konstruksi realitas menyatukan jurnalistik dan hiburanforms of representation. bentuk representasi. This was unusual in communication sciences up till now. Ini biasa dalam ilmu komunikasi sampai sekarang. Empirical Empiriswork that started from the proposed system would be able to prove that with its help a better pekerjaan yang dimulai dari sistem yang diusulkan akan dapat membuktikan bahwa dengan bantuan yang lebih baikunderstanding of current media-generated reality construction would be possible. pemahaman yang dihasilkan konstruksi realitas media saat ini akan mungkin.



Footnotes:Catatan kaki:

1) The author received support from the Österreichischen Akademie der Wissenschaften underPenulis mendapat dukungan dari Akademie der Österreichischen Wissenschaften bawahAPART [Austrian Programme for Advanced Research and Technology]. Selain [Austria Program untuk Penelitian Advanced dan] Teknologi.

2) For a razor-sharp criticism of the 'slogans' of “social construction” cf.Untuk kritik tajam silet tentang 'slogan' dari "cf" konstruksi sosial. eg Hacking 1999. Hacking misalnya 1999.

3) Thus Gerhard Roth would never say that I, the person or actor, constructed a reality, but only theirJadi Gerhard Roth tidak akan mengatakan bahwa saya, orang atau aktor, dibangun realitas, tetapi hanya merekabrain. otak.

4) Greek: poiein = create, make, form.Yunani: poiein = membuat, membuat, bentuk.